RSS

Minggu, 20 April 2014

tuntutan aksi dalam hari bumi " temaku hospital green"



Daur Ulang Sampah , Aksi Nyata Wujudkan Green Hospital





Keberadaan rumah sakit dengan keterbatasan daya dukung lingkungan, sering diabaikan manajemen rumah sakit. Padahal kebutuhan pelanggan rumah sakit, sudah bergeser ke arah pelayanan paripurna. Pelayanan berbasis kenyamanan dan keamanan lingkungan rumah sakit. Hal itu sejalan dengan konsep Green Hospital (Rumah Sakit Hijau) yang kini dikembangkan. Dalam konsep Green Hospital, pengelola rumah sakit wajib mewujudkan keseimbangan ekologi di dalam lingkungan rumah sakit. Sudah seharusnya itu diwujudkan dalam setiap kebijakan yang diambil, melalui optimalisasi pengelolaan lingkungan hidup. Harapannya keberadaan rumah sakit dengan kompleksitas kegiatan operasionalnya tidak menambah pencemaran lingkungan. Bahkan dapat memberikan manfaat bagi kelestarian lingkungan.
Pada sebuah literature,lebih lanjut, Desember 2012 lalu dalam diskusi publik, Peneliti dan Perekayasa Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), Dr. Ir. Rudi Nugroho, M.Eng, menilai tuntutan kepada rumah sakit bukanlah semata-mata hanya pelayanan kesehatan yang memadai, melainkan juga kenyamanan dan kepuasan dari konsumen agar dapat bersaing dengan dunia luar. Untuk itu, lanjut Rudi, semangat Rumah Sakit Daerah di Indonesia menuju Green Hospital perlu mendapat dukungan bersama.
Secara global, Green Hospital bisa diwujudkan melalui beberapa indikator. Diantaranya disediakan ruang terbuka hijau, minimalisasi penggunaan lampu bertenaga listrik dengan mengubah desain ruangan rumah sakit yang memungkinkan sinar matahari masuk secara optimal, optimalisasi ventilasi udara sebagai pengganti AC, efisiensi penggunaan air, serta manajemen limbah rumah sakit yang efektif dan efisien. Akan tetapi beberapa indikator tersebut terlihat masih ada beberapa unsur yang terpisah.
Pengelolaan Sampah Terpadu
Pengelolaan Sampah Terpadu (Pesadu) adalah solusi yang penulis ingin wujudkan. Pesadu sebagai bentuk langkah nyata mewujudkan Green Hospital bagi seluruh rumah sakit di Indonesia. Pesadu ini dilakukan dengan memilah antara sampah organik dengan anorganik. Caranya dengan menyediakan dua tempat sampah yang memadai untuk sampah organik dan anorganik di setiap rumah sakit. Sampah organik bisa diolah menjadi kompos. Sedangkan sampah anorganik bisa dikelola dengan menerapkan konsep 3R (reduce, reuse, dan recycle).
Reduce, artinya mengurangi penggunaan bahan-bahan anorganik seperti botol, plastik, dan kaleng. Reuse, berarti menggunakan kembali peralatan-peralatan anorganik yang masih layak seperti botol minuman yang besar. Tentunya harus terlebih dahulu dilakukan sterilisasi untuk memusnahkan bakteri. Recycle, mendaur ulang sampah anorganik menjadi barang-barang bernilai ekonomi. Ini seperti yang sudah dilakukan di daerah Bantul, Yogyakarta dengan mendirikan bank sampah. Yaitu menampung sampah baik organik maupun anorganik untuk dikelola secara efektif dan efisien. Sampah organik dijadikan pupuk kompos. Sementara sampah-sampah anorganik seperti plastik dan botol dijadikan tas, dompet, sandal atau produk kreatif lainnya.
Mengutip pernyataan dari Drg. Triputro Nugroho, M.Kes., Direktur Umum dan Operasional RSUP Sanglah Denpasar, bahwa pembuatan kompos adalah salah satu bentuk terjemahan konsep Green Hospital. Saya setuju dengan pernyataan tersebut, sebab pembuatan kompos akan memadukan unsur kesehatan dan lingkungan. Selain tidak membutuhkan biaya yang cukup besar dan lahan yang luas. Pembuatan kompos juga mudah dilakukan. Terlebih mampu memberdayakan para pegawai rumah sakit.
Menurut Putu Putra Wisada, SH, MM, Kepala Bagian Umum RSUP Sanglah Denpasar, secara umum kompos dibuat melalui 4 tahapan. Pertama, melakukan pemilihan sampah yaitu orgnanik dan anorganik. Cara mudah dan murah yang bisa dilakukan adalah membuat tempat sampah untuk sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik dikelola dengan konsep 3R, sedangkan sampah organik diubah menjadi kompos. Langkah selanjutnya adalah sampah organik dicacah menggunakan mesin pencacah hingga terbentuk potongan-potongan yang sangat kecil. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan mikroba mengurai sampah organik.
Selanjutnya dilakukan proses pencampuran antara sampah yang sudah dicacah dengan activator. Activator adalah mikroba yang terdiri atas campuran bioaktivator (effective microorganism) dengan gula lalu dilarutkan dengan air secukupnya. Selain itu ditambahkan pula bekatul kemudian diaduk secara merata dengan komposisi yang proporsional. Tahapan selanjutnya, masukkan campuran tersebut ke dalam suatu wadah pengomposan lalu ditutup rapat. Ini dilakukan agar kompos yang dihasilkan optimal dan memiliki kualitas terbaik.
Tahapan terakhir adalah proses pematangan yang menghabiskan waktu 7 hari. Setelah campuran tadi ditutup rapat, diamkan selama 7 hari. Hasil pengomposan dinyatakan berhasil jika campuran berubah menjadi butiran kecil yang tidak berbau sampah dan menyerupai tanah. Warna kompos yang sudah matang berubah menjadi cokelat kehitaman. Selain itu suhu kompos akan sama dengan suhu tanah. Karakteristik kompos seperti itulah yang memiliki kualitas terbaik untuk tanah dan tanaman. Bisa kita bayangkan banyaknya sampah baik organik maupun anorganik yang dihasilkan setiap tahunnya. Nah, pengelolaan sampah inilah yang harus menjadi fokus utama Green Hospital.
Manfaat Pembuatan Kompos
Dari segi lingkungan, kompos memiliki beberapa manfaat. Meningkatkan sifat fisika tanah, meningkatkan water holding (kemampuan tanah membawa air), aerasi, stabilitas struktur tanah, ketahanan terhadap erosi dan angin, dan penjaga stabilitas suhu tanah. Selain itu meningkatkan sifat kimia tanah, meningkatkan unsur hara makro dan mikro, meningkatkan ketersediaan mineral, menjaga stabilitas PH (derajat keasaman).
Mendorong sifat biologi tanah, merangsang aktivitas mikroba dalam tanah, mereduksi parasit, merangsang pertumbuhan akar, dan mengoptimalkan pertumbuhan tanaman.
Dari segi kesehatan, melalui pembuatan kompos akan tumbuh berbagai tanaman yang subur dan teduh. Dari tanaman tersebut akan menghasilkan oksigen yang baik bagi kesehatan pelanggan rumah sakit. Pengunjung rumah sakit pun menjadi betah berada di dalam rumah sakit. Sedangkan pasien akan merasa nyaman dan dapat mempercepat proses kesembuhan mereka. Pada akhirnya rumah sakit akan menghasilkan lingkungan yang nyaman dan bebas polusi.
Dari segi ekonomi, pembuatan kompos tidak membutuhkan anggaran yang besar. Sangat efektif dan efisien karena tidak memerlukan waktu lama, biaya minimal, tenaga yang diberdayakan juga relatif sedikit, serta tidak memakan lahan yang cukup luas. Bahkan apabila memungkinkan, kompos tersebut bisa diperjualbelikan kepada masyarakat atau kelompok tani. Hal itu justru akan menambah pendapatan bagi rumah sakit.
Kalau ada cara mudah untuk wujudkan Green Hospital mengapa tidak? Pengelolaan Sampah Terpadu ini bisa dilakukan oleh seluruh rumah sakit di Indonesia sebagai wujud nyata konsep Green Hospital.

semoga kita semua dapat menjaga bumi ini 
agar generasi berikutnya dapat tersenyum ceria 
menghirup udara yang asri kembali unej.ac.id

0 komentar:

Posting Komentar